Sunday, April 13, 2008

EKSISTENSI NUKLIR
DALAM PERPOLITIKAN GLOBAL
Argumentasi Legitimasi Nuklir Pasca Perang Dunia II

The nuclear space-age presenting humankind with dilemma of creation or destruction, has sharply posed the question of realism in politic.In the context of our inquiry, we can identify there are many changes of fundamental nature due to nuclear existence of nuclear in the political weapon having come to play crucial role in defense of the foreign policy of security Global .nuclear has become the main subject among the contemporary political actor. Nuclear deterrence and diplomacy are the main political analysis at the globalization. What is the background of these phenomena? What is the effect of the nature changing of that fundamentalist?

Saat ini istilah nuklir lumayan sangat sering di perbincangkan dan di diskusikan di beberapa kalangan selain pakar politik dan praktisi hukum. Dari sebuah jamuan makan malam di hotel bintang lima hingga obrolan tukang becak di sore hari pun tak akan luput tanpa menyinggung segelintir aspek dari masalah nuklir. Ungkapan ‘nuklir’ sudah menjadi primadona glosarium yang langgeng sejak awal abad 20-an namun semakin hangat di perbincangkan hingga abad 21 ini.

Ditinjau dari aspek politik, setiap pembahasan nuklir ditinjau dari aspek tujuan hingga skalarisasi subjektif dan bagaimana nuklir dimanfaatkan, boleh dikatakan sangatlah sarat akan ulasan yang semakin up to date sepanjang masa.

Pada tulisan kali ini, saya hanya akan membahas kaitan antara legitimasi nuklir dalam perpolitikan global di pasca Perang Dunia ke-2. Legitimasi nuklir merupakan serangkaian strategi yang saat ini kian marak diterapkan sebagai salah satu pertahanan mencapai kedaulatan, dan sarana penegak kebijakan stabilitas pemerintahan sebuah negara. Namun beberapa oknum di antaranya justru sangat disayangkan, sering kali kinerja nuklir mendominasi hakikat politik demi mewujudkan sebuah cita-cita dan inspirasi individualisme egosentris kepentingannya dengan mengembangkan berbagai senjata nuklir berteknologi mutakhir.

Senjata nuklir terbuat dari uranium dan platonium yang murni kemudian dirakit sedemikan rupa menjadi sumber tenaga nuklir yang mampu menginvansi sebuah distrik. Semasa Perang Dunia II pada tahun 1945 ketika terjadi konflik antara Amerika Serikat dan Jepang, Amerika Serikat berhasil meledakan dua kota, yaitu Hiroshima dan Nagasaki yang menyebabkan kelumpuhan Administrasi Jepang selama beberapa tahun.

Sebelumnya kita harus dapat membedakan pengayoman nuklir dan memiliki reaktor nuklir, pengayoman nuklir adalah pemanfaatan tenaga nuklir menjadi bahan bakar dan hanya sebagian negara negara Adikuasa saja yang dapat mengolahnya dan tidak semua negara mampu dalam konstraksinya dan sebab itulah hanya dimonopoli oleh negara-negara tertentu. Sedangkan reaktor nuklir adalah bagian yang paling mudah dan dapat di jadikau oleh setiap negara dan dibuat menjadi senjata Nuklir ,dan banyak negara adikuasa yang derel ataupun memberikan akan tawaran tersebut kepada negara- negara berkembang
Ketertarikan untuk pengayoman nuklir beserta reaktor nukir mulai berlanjut pasca Perang Dunia II. Sebagai satu contoh, pada tahun 1991 terjadi campur tangan Amerika Serikat terhadap negara–negara di Asia menyusul berakhirnya perang dingin antara blok barat yang menganut faham liberalisme, dengan blok timur yang menganut paham komunis. Setahun kemudian terbentuklah sebuah perkumpulan ‘bawah tanah’ yang dimotori Amerika Serikat bersama USSR (Union Soviet Socialist Republic), Cina, Jepang dan India. Perkumpulan lima negara ini membahas seputar stabilitasi dan perkembangan ekonomi, politik dan pertahanan di Asia secara umum dalam menghadapi tantangan era globalisasi di masa yang akan datang. Segala kebijakan luar negeri dan interaksi antara lima negara itu sangat mempengaruhi perpolitikan global terutama dalam kaitannya dengan permasalahan Asia secara umum. Namun Amerika Serikat turut ambil bagian di dalamnya. Padahal secara geografis, Amerika Serikat bukanlah bagian dari negara Asia. Alasan keikutsertaannya lebih di karenakan kuatnnya perekonomian Amerika Serikat di dukung besarnya ketergantungan negara Asia terhadapnya. Begitu dominannya peran Amerika Serikat terhadap Asia kala itu hingga pembahasan politik melebar hingga membahas keamanan dan peran serta nuklir sebagai salah satu legitimasi politik yang menguntungkan Amerika Serikat. Pembahasan tersebut pun akhirnya tak jarang mengundang kritik pedas setiap diplomat dan politikus lain.

Disamping itu Amerika Serikat masih memiliki maksud lain memotori kinerja nuklir di Asia dalam bidang industri. Taktik ini tentunya punya manfaat besar bagi Amerika Serikat dalam perkembangan industri dan perekonomian bagi negaranya di kemudian hari.

Kinerja nuklir bila diterapkan dalam perekonomian sangat menunjang dinamika kesejahteraan suatu bangsa dan merangsang laju perekonomian serta membangun sarana energi. Tetapi dalam realita, eksistensi nuklir dalam perpolitikan global lebih mengarah ke arah pengembangan senjata berbasis nuklir yang dijadikan sebagai suatu strategi persaingan yang makin mengundang kecemburuan negara- negara lain.

Keterpautan negara-negara Asia dalam pemberdayaan program nuklir mulai ditanggapi serius oleh negara-negara Barat khususnya Amerika Serikat beserta sekutunya. Fenomena kemajuan teknologi dan militer negara-negara Asia akan mengundang trauma negara-negara Eropa akan kejayaan negara-negara Asia. Kemajuan negara Asia dalam teknologi akan mengancam peradaban Barat yang kian bebas dalam segala hal. Pembentukan negara-negara North Atlantic Treaty Organization (NATO) yang di motori oleh Amerika Serikat pada tahun 1949 yang di ikuti oleh beberapa negara Eropa seperti Belgia, Italia, Canada, Denmark, Yunani, dan beberapa negara-negara lainnya, bertujuan membangun hubungan perdagangan dan rill freedom sebagai fundamental demokrasi dalam sistem pemerintahan di negara-negara Eropa.

Amerika sebagai negara yang memotori pergerakan ini memiliki maksud, merangkul negara-negara Eropa untuk mendukung segala kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam mengatur segala permasalahn yang ada di Asia maupun dunia, dengan alasan penegakan demokrasi dan pelarangan atas penggunaan senjata nuklir, Amerika Serikat mulai mempolitisir percaturan politik di Asia.
Menurut salah seorang politikus BaraT, John Caaylh yang anti akan Zionisme mengatakan bahwasanya Amerika Serikat memotori perkumpulan NATO yang memiliki latar belakang tersendiri, dimana salah satu tujuannya untuk mendapatkan dukungan dari negara-negara eropa dalam mengeluarkan segala kebijakan terhadap percaturan politik Asia .

Selain itu (Alliance of Asian State) atau negara-negara sekutu di Asia sangat perlu dalam merumuskan tujuan Amerika kedepan, pendekatan dengan dukungan dan materialistik terhadap suatu negara,adalah suatu strategi Amerika dalam menetralisir perpolitikan Asia

Dukungan Amerika atas pemberdayaan nuklir di India adalah suatu strategi yang kian jelas dalam mencari persekutuan, karena dilihat dari aspek tehnologi militer dan politik India memiliki keterpautan dan pengaruh yang besar dalam percaturan Asia, dengan merangkul India sebagai salah satu bagian dari negara sekutu, Amerika bermaksud menjadikan India sebagai salah satu basis dari kekuatan Amerika guna menguasai Asia

Teka-teki di balik dukungan Amerika mendukung akan program nuklir India dan tuduhan Amerika terhadap Iran beserta Korea Utara sebagai negara poros kejahatan (axis evil) beserta laporan Amerika ke dewan PBB tentang nukir Iran beserta Korea Utara untuk melakukan perucutan beserta pemusnahan akan senjata missile yang di miliki tanpa melakukan dialog ataupun diskusi dengan pemerintahan Iran dan Korea Utara. adalah suatu bukti bahwasnya nuklir di jadikan suatu senjata politik dalam kepuasan egoisme semata,

Begitu halnya India, mengapa pemerintah India besikeras dalam pengayoman nuklir dan mengeluarkan Devisa yang sangat besar dalam program ini, sedangkan sebagian besar masyarakat India masih hidup dalam garis kemiskinan, alangkah baiknya anggaran nuklir yang di miliki pemerintah di jadikan sebuah subsidi kemakmuran masyarakat miskin, kepentingaingan elite politik dan pertahanan akan eksistensi sebuah negara adalah salah satu latar belakang di balik eksistensi nuklir.

No comments: